Kesempatan menjadi pelaut di Indonesia yang belum tersalurkan dan mendapat tempat kerja yang baik sering memunculkan isu soal supply and demand tenaga kerja pelaut. Selain itu faktor perbandingan antara jumlah kapal versus jumlah lulusan sekolah pelayaran atau tempat kursus pelaut juga tidak seimbang.
Ketua Bidang Keanggotaan dan Keorganisasian Indonesia Shipowner’s Association (INSA) Capt.Zaenal Arifin Hasibuan menyatakan sekolah pelayaran memang mengajarkan setiap siswanya untuk menjadi pelaut bagi jurusan nautika dan teknika, serta menjadi pekerja kepelabuhanan dan tata laksana kapal bagi jurusan Ketatalaksanaan dan kepelabuhanan KTK).
"Kesempatan bekerja lulusan pelayaran bukan hanya terbatas di dalam negeri saja. Pelayaran adalah sebuah dunia yang tidak memiliki batas, tidak mengenal suku, agama, serta asal negara. Pelayaran hanya mengenal kelompok yang exceeding requirement, meet requirement and below requirement,” jelas dia.
Dia menambahkan jika pelaut Indonesia sebagai tenaga ahli dalam industri kemaritiman, maka dunia akan terus memerlukan SDM dari Indonesia.
“Apabila pelaut-pelaut Indonesia dan lulusan KTK/ KLK semuanya berada di kelompok istimewa yang exceeding requirement dunia industri, apa yang terjadi? Inilah yang kita harapkan, seluruh dunia akan meminta pelaut-pelaut Indonesia bekerja di armada kapal mereka termasuk pekerja perusahaan pelayaran dan kepelabuhanannya,” ungkapnya.
Untuk mencapai level tersebut diperlukan kerja sama seluruh pihak di Indonesia. Dan yang terpenting menurut Zaenal adalah kemauan keras dari para lulusan sekolah pelayaran untuk mencapai level itu.
Zaenal yang juga aktif di Ikatan Korps Perwira Pelayaran Niaga Indonesia (IKPPNI) itu mengatakan bahwa pekerjaan lain di luar pelayaran dengan merambah dunia entreprenurship juga sangat terbuka bagi pelaut.
Itulah seputar kesempatan kerja menjadi seorang pelaut atau pelayaran. Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, semoga artikel ini bisa bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar